Apa Itu Coronavirus?

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization).

Apa yang dimaksud dengan pandemi?

WHO (World Health Organizatio) secara resmi mendeklarasikan Virus Corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, Virus Corona telah menyebar secara luas di dunia. Istilah pandemi tidak ada kaitannya dengan keganasan penyakit tetapi lebih pada penyebarannya yang meluas. Pada umumnya, Virus Corona menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk, dan kebanyakan bisa sembuh dalam beberapa minggu. Tapi bagi sebagian orang yang berisiko tinggi (kelompok lanjut usia dan orang dengan masalah kesehatan menahun, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes), Virus Corona dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Kebanyakan korban berasal dari kelompok berisiko itu. Karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami cara mengurangi risiko, mengikuti perkembangan informasi dan tahu apa yang dilakukan bila mengalami gejala. Dengan demikian kita bisa melindungi diri dan orang lain.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Bagaimana cara COVID-19 menyebar?

Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini. COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan-percikan ini relatif berat, perjalanannya jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat. Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus ini.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudia menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air bersih mengalir.

WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan segera menyampaikan temuan-temuan terbaru.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization)

Apakah udara merupakan salah satu media penyebaran Virus Corona?

Sampai saat ini tidak ada pernyataan resmi dari WHO (World Health Organization) yang menyebutkan jika Virus Corona bisa bertahan dan melayang-layang di udara selama 8 jam atau pun lebih lama di ruangan tertutup serta lebih cepat mendarat di tubuh seseorang yang belum terkena Virus Corona karena udara berputar di situ-situ saja. Adapun WHO menegaskan bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 ini dapat berpindah hanya dari droplet (tetesan) yang mana terlalu berat ditahan oleh udara. Droplet tersebut sudah pasti dengan cepat jatuh ke permukaan. Virus tersebut dapat tertular apabila Anda berkomunikasi dengan orang yang terinfeksi dalam jarak kurang dari 1 meter sebab percikan droplet dari mulut yang bisa mengenai Anda atau ketika Anda memegang sebuah permukaan yang terkontaminasi virus dan langsung memegang mata, hidung atau mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun sesuai pedoman yang berlaku.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization)

Berapa lama Virus Corona dapat bertahan di permukaan benda?

Hal yang paling penting untuk diketahui tentang coronavirus pada permukaan benda adalah bahwa coronavirus mudah dibersihkan menggunakan disinfektan rumah tangga biasa yang dapat membunuh virus tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa virus COVID-19 dapat bertahan hingga 72 jam pada plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga, dan kurang dari 24 jam pada karton. Pastikan Anda selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik, atau cairan antiseptik berbahan dasar alkohol. Hindari menyentuh mata, mulut, atau hidung Anda.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization)

Apa Saja Gejala COVID-19?

Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis (mata merah), sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.

Namun, siapa pun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera mencari pertolongan medis. Jika memungkinkan, disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia dan WHO (World Health Organization).

Adakah Pengobatan Khusus untuk Mencegah atau Mengobati Virus Corona?

Saat ini belum ada pengobatan khusus yang efektif untuk infeksi virus corona baru. Adapun vaksin telah tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta pada Minggu, 6 Desember 2020 dan segera mendapat persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta sertifikat kehalalan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adapun mekanisme atau alur pelayanan vaksinasi COVID-19 telah diatur dalam Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, nomor: HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.

Adapun tindakan pencegahan baik sebelum maupun setelah dilakukannya vaksinasi, yaitu:

  • Patuhi Protokol 3M, yaitu Menggunakan masket, Mencuci tangan menggunakan sabun secara teratur dan Menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain terutama yang bersin atau batuk.
  • Hindari berkunjung ke orang yang menunjukkan gejala (seperti demam, batuk kering dan kelelahan).
  • Bila Anda mengalami demam, batuk kering dan kelelahan, lakukan tindakan isolasi mandiri dan istirahat dengan cukup.
  • Anda dapat menguatkan sistem kekebalan diri dengan melakukan perilaku sehat, seperti olah raga teratur, makan makanan bergizi seimbang, tidak merokok dan memastikan Anda dan anak Anda mendapat imunisasi lengkap.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & Kementerian Kesehatan Indonesia.

Apa yang dimaksud dengan 3M dalam upaya pencegahan COVID-19?

3M merupakan sebuah kampanye dalam upaya pencegahan terpaparnya Virus COVID-19. 3M sendiri merupakan kepanjangan dari gerakan Memakai masker, Menjaga jarak aman, dan Mencuci tangan. Kampanye atau himbauan ini perlu dipatuhi dan dijalankan secara disiplin oleh seluruh masyarakat mengingat langkah ini adalah rekomendasi dari para ahli dan dokter.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apa Pentingnya Dari Penggunaan Masker?

Mungkin kita merasa aman dan ingin kembali ke kebiasaan lama saat melihat banyak orang di luar rumah apalagi di pusat perbelanjaan atau rumah makan. Tapi hal tersebut hanyalah rasa aman yang palsu. Kita harus tetap berhati-hati.

Ingatlah! Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Maka dari itu, selalu gunakan masker saat keluar rumah. Bisa jadi kita membawa virus tetapi tidak memiliki gejala atau hanya memiliki gejala ringan, sehingga kitalah yang menularkan ke orang lain.

Gunakan masker dengan cara yang benar agar penggunaan masker tidak sia-sia.

Berikut cara menggunakan masker yang baik dan benar menurut WHO (World Health Organization) :

  • Sebelum menyentuh masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (minimal 20 detik) atau cairan pembersih berbahan alkohol (minimal 60%).
  • Ambil masker dan periksa apakah ada sobekan atau lubang.
  • Pastikan arah masker sudah benar (pita logam terletak di sisi atas).
  • Pastikan sisi depan masker (sisi yang berwarna) menghadap depan Letakkan masker di wajah Anda.
  • Tekan pita logam atau sisi masker yang kaku sampai menempel sempurna ke hidung Tarik sisi bawah masker sampai menutupi mulut, hidung dan dagu, pastikan tidak ada sela antara wajah dan masker.
  • Setelah digunakan, lepas masker, lepas tali elastis dari daun telinga sambil tetap menjauhkan masker dari wajah dan pakaian, untuk menghindari permukaan masker yang mungkin terkontaminasi.
  • Segera buang masker di tempat sampah tertutup setelah digunakan.
  • Bersihkan tangan setelah menyentuh atau membuang masker/cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal 20 detik) atau bila tidak tersedia, cairan pembersih berbahan alkohol (minimal 60%).

Sumber: WHO (World Health Organization) & Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah WHO hanya merekomendasikan masker medis dalam pencegahan penularan COVID-19?

Masker medis direkomendasikan terutama dalam perawatan kesehatan, tetapi dapat dipertimbangkan dalam keadaan lain. Masker medis harus dikombinasikan dengan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi utama lain seperti kebersihan tangan dan menjaga jarak fisik. Adapun masker medis direkomendasikan terutama untuk orang yang sakit untuk menghindari penularan, tenaga kesehatan, dan orang yang merawat seseorang yang terinfeksi COVID-19 di rumah untuk menghindari terpajan Virus Corona.

Selain itu, WHO pun merekomendasikan masker tiga lapis, yakni lapisan paling dalam (yang bersentuhan dengan wajah) dari bahan yang mudah menyerap cairan dan menahan droplet, lapisan tengah dari bahan non-tenun yang mudah digunakan untuk bernapas dan dapat meningkatkan filtrasi, serta lapisan paling luar dari bahan kedap air.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization).

Bagaimana cara mencuci tangan yang benar untuk mencegah terinfeksi Virus Corona?

Mencuci tangan merupakan cara sederhana yang efektif untuk mencegah penyebaran virus Corona. Cucilah tangan dengan air mengalir dan sabun, setidaknya selama 20 detik. Pastikan seluruh bagian tangan tercuci hingga bersih, termasuk punggung tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari, dan kuku. Setelah itu, keringkan tangan menggunakan tisu, handuk bersih, atau mesin pengering tangan.

Jika sulit menjangkau air, gunakan hand sanitizer yang memiliki kandungan alkohol minimal 60% sebagai pengganti.

Sumber: Pusat Analisis Determinan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Mengapa orang yang dicurigai (suspek) tertular virus corona harus diisolasi setidaknya 14 hari?

Virus corona biasanya menunjukkan gejala-gejala dalam 1 – 14 hari. Karena itu, orang yang dicurigai harus diisolasi selama 14 hari, baik di rumah sakit, rumah atau lokasi lain dan dipantau gejala-gejala yang muncul seperti demam, batuk atau sesak napas. Untuk memastikan infeksi virus corona, suspek dapat mengikuti tes beberapa kali. Selama isolasi, suspek harus mengikuti semua perintah petugas kesehatan untuk mencegah penyebaran virus. Di lain pihak, petugas kesehatan dan kita bersama harus selalu menunjukkan empati dan kasih sayang. Mereka yang diisilolasi biasanya mengalami kesepian, kekhawatiran dan yang jelas, sakit yang mereka alami bukanlah kemauan mereka sendiri. Anda dapat mendukung mereka dengan mencari tahu kebutuhan-kebutahan mereka dan membantu sejauh yang Anda bisa.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Bagaimana Cara untuk Menjaga Keluarga dan Diri Kita Agar Tetap Sehat di Perjalanan?

Seseorang yang merencanakan perjalanan ke luar negeri harus selalu memeriksa nasihat perjalanan (travel advisory) untuk negara tujuan termasuk pembatasan-pembatasan memasuki wilayah, syarat karantina saat masuk atau nasihat perjalan lainnya. Saat perjalanan, semua orang tua harus mengikuti standar perilaku bersih untuk mereka sendiri dan anak-anak. Perhatikan hal-hal berikut: Sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan berbahan alkohol (minimal 60%) Saat batuk atau bersin, tutupi mulut dan hidung dengan siku terlipat atau tisu, yang langsung dibuang ke tempat sampah tertutp setelah digunakan * Jaga jarak minimal 1 dengan orang lain. Hindari orang yang batuk atau bersin Karena itu, orang tua harus menyiapkan perlengkapan cairan pembersih tangan, tisu pembersih/ pengering dan tisu atau lap disinfektan. Saran tambahan: di pesawat atau kendaraan lain, bersihkan kursi, sandaran tangan, layar LCD dan sebagainya dengan tisu disinfektan. Di hotel atau tempat akomodasi lain, gunakan tisu atau lap disinfektan untuk membersihkan permukaan bidang benda-benda yang tersentuh tangan, pegangan pintu, remote control dan lainnya.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Bagaimana Cara Melindungi Manula dan Penderita Kronis dari COVID-19?

Warga yang masuk dalam kategori lanjut usia dan/atau memiliki riwayat penyakit kronis lainnya, mudah terdampak virus Corona. Adapun hal ekstra yang dapat dilakukan untuk melindungi mekera, diantaranya:

  • Mengingatkan mereka untuk sering mencuci tangan pakai sabun,
  • Saat benar-benar harus keluar rumah, mintalah mereka untuk taat memakai masker dan menjaga jarak terhadap orang lain,
  • Berkirimlah hasil masakan atau makanan kegemaran mereka menggunakan layanan ojek online,
  • Tetap menjaga motivasi mereka dengan komunikasi via telepon/internet.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Apa yang Sebaiknya Saya Lakukan Jika Saya Berkontak Erat dengan Seseorang yang Terinfeksi COVID-19?

Jika Anda telah berkontak erat dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19 maka kemungkinan besar Anda akan terinfeksi. Kontak erat berarti tinggal atau berada dalam jarak kurang dari 1 meter dari orang terinfeksi COVID-19.

Jika Anda tinggal di daerah di mana terdapat kasus malaria atau demam berdarah, maka penting untuk tidak mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, atuhi protokol kesehatan 3M dan jangan menyentuh permukaan benda apapun dengan tangan Anda.

Jika Anda tinggal di daerah di mana tidak terjadi kasus malaria dan demam berdarah, lakukanlah hal-hal berikut:

  • Jika Anda sakit, meskipun gejalanya sangat ringan, Anda harus melakukan isolasi mandiri.
  • Meskipun Anda tidak menyadari telah terpapar COVID-19 dan mengalami gejalanya, tetap lakukan isolasi mandiri dan pantau diri Anda.
  • Anda lebih mungkin menginfeksi orang lain pada tahap awal penyakit meskipun gejala Anda ringan. Oleh karena itu, isolasi mandiri sangatlah penting.
  • Jika Anda tidak memiliki gejala, tetapi telah terpapar oleh orang yang terinfeksi, lakukanlah karantina mandiri selama 14 hari karena dimungkinkan Anda menjadi pembawa/carrier.

Jika Anda terinfeksi COVID-19 (telah terkonfirmasi dengan tes) maka lakukanlah isolasi mandiri selama 14 hari bahkan setelah gejala menghilang sebagai tindakan pencegahan meskipun belum diketahui secara pasti berapa lama pasien masih dapat menularkan setelah dinyatakan sembuh. Ikuti pedoman nasional tentang isolasi mandiri.

Sumber: WHO (World Health Organization) & Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Apa saja jenis metode pemeriksaan medis/pendeteksian Virus Covid-19 pada tubuh seseorang?

Di tengah pandemi COVID-19 ini, dibutuhkan sebuah alat dan metode pemeriksaan medis untuk mendeteksi adanya Virus Corona pada tubuh seseorang. Adapun metode pemeriksaan tersebut dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen/Swab Antigen, dan Swab-PCR.

Rapid Test Antibodi

Rapid Test Antigen merupakan metode pemeriksaan/tes yang hasilnya didapatkan secara cepat untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam darah. Pemeriksaan ini menggunakan alat catridge untuk melihat adanya antibodi dalam tubuh ketida ada infeksi virus. Test ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari kapiler (jari) atau dari vena. Dalam penelitian, respons antibodi sebagian besar pasien COVID-19 baru muncul pada pekan kedua setelah terinfeksi virus dalam artian rapid test ini tidak dapat mendeteksi pada saat awal sakit karena belum terbentuknya antibodi atau kadar antibodinya masih rendah. Sehingga apabila hasil pemeriksaan nonreaktif, tetapi sebenarnya pasien tersebut berkontak erat dengan orang terpapar/terinfeksi COVID-19 maka harus diulangi lagi pada 7-14 hari kemudian untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar tidak mengandung virus pada tubuhnya. Adapun kekuatan respons dipengaruhi oleh umur, nutrisi, tingkat keparahan penyakit, dan adanya penyakit penyerta. Selain itu, ada potensi reaksi silang kemunculan antibodi akibat adanya jenis virus selain Virus Corona. Sebab, rapid test antibodi tidak secara spesifik memeriksa Virus SARS-CoV-2 ini. Artinya, hasil bisa menjadi reaktif atau positif tetapi bukan disebabkan oleh COVID-19.

Rapid Test Antigen

Swab Antigen atau lebih dikenal dengan rapid test antigen adalah tes diagnostik cepat COVID-19 yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen Virus COVID-19 pada sampel yang berasal dari saluran pernafasan. Antigen akan terdeteksi pada saat virus aktif bereplikasi. Itu sebabdnya rapid test paling baik digunakan ketika orang baru saja terinfeksi. Sebelum antibodi muncul untuk melawan virus yang masuk ke tubuh, ada peran antigen yang bertugas mempelajarinya. Keberadaan antigen itulah yang dideteksi.

Seperti rapid test antibodi, ada kemungkinan hasil rapid test antigen tak akurat. Salah satu alasannya virus yang dipelajari antigen bisa jadi bukanlah SARS-CoV-2, melainkan virus lain seperti influenza.

Swab Test-PCR

Swab dan PCR merupakan metode tes untuk mendiagnosis COVID-19. Swab adalah cara untuk memperoleh bahan pemeriksaan (sampel) yang dilakukan pada nasofaring dan/atau orofarings dengan cara mengusapkan rongga nasofarings dan/atau orofarings dengan menggunakan alah seperti kapas lidi khusus. Adapun PCR atau Polymerase Chain Reaction merupakan metode pemeriksaan Virus Corona dengan mendeteksi DNA virus. Uji inilah yang akan menghasilkan apakah seseorang positif COVID-19 atau tidak.

Dibanding rapid test, pemeriksaan Swab-PCR lebih akurat. Metode ini jugalah yang direkomendasikan WHO untuk mendeteksi COVID-19. Namun keakurasian ini dibarengi dengan kerumitan proses dan harga alat yang lebih tinggi. Selain itu, proses untuk mengetahui hasilnya lebih lama ketimbang rapid test.

Sumber: dr. V. Fridawati, Sp.PK dan Dr. Ria Yoanita Sp.A. dari Primaya Evasari Hospital, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia, & WHO.

Bagaimana masalah pembiayaan bagi pasien COVID-19?

Perawatan terkait COVID-19 sepenuhnya ditanggung oleh negara. Rumah sakit tidak dibenarkan menarik biaya dari pasien COVID-19. Pasien/keluarga pasien hanya membayar biaya perawatan dalam kondisi berikut:

  • Ingin mendapatkan layanan yang lebih sehingga naik kelas layanan, sehingga ada selisih yang dimintakan kepada pasien.
  • Pasien dan keluarga pasien ingin mendapatkan pelayanan di luar yang ditanggung oleh negara.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apa Itu Isolasi Mandiri? dan Bagaimana Cara Melakukannya dengan Benar?

Isolasi mandiri adalah ketika seseorang yang mengalami demam, batuk atau gejala COVID-19 atau telah berkontak erat dengan kasus COVID-19 untuk tetap tinggal di rumah dan tidak pergi bekerja, sekolah atau ke tempat-tempat umum. Hal ini dilakukan secara sukarela atau berdasarkan rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan.

Jika Anda tinggal di daerah di mana terdapat kasus malaria atau demam berdarah, maka penting untuk tidak mengabaikan gejala demam. Segera cari pertolongan medis. Saat Anda pergi ke fasilitas kesehatan, atuhi protokol kesehatan 3M dan jangan menyentuh permukaan benda apapun dengan tangan Anda.

Jika Anda tinggal di daerah yang tidak ada kasus malaria atau demam berdarah, lakukanlah hal-hal berikut:

  • Jika seseorang melakukan isolasi mandiri, artinya orang tersebut sedang sakit atau telah terpapar virus Corona namun tidak parah (tidak memerlukan pertolongan medis).
  • Sediakan kamar tersendiri yang besar dengan sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi dengan sarana cuci tangan dan toilet.
  • Jika tidak memungkinkan, pisahkan tempat tidur dengan orang lain dengan jarak minimal 1 meter.
  • Tetap jaga jarak minimal 1 meter dengan anggota keluarga di rumah maupun orang lain.
  • Pantau gejala yang dialami setiap hari.
  • Lakukan isolasi mandiri selama 14 hari meskipun Anda merasa sehat.
  • Jika Anda mengalami kesulitan bernapas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan.
  • Tetap positif dan semangat dengan cara menjaga silaturahim dengan orang-orang tercinta melalui telepon atau media online dan berolahraga di rumah.

Sumber: WHO (World Health Organization) & Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Apa Perbedaan Antara Isolasi Mandiri, Karantina MAndiri dan Menjaga Jarak Fisik?

Karantina berarti membatasi kegiatan atau memisahkan orang yang tidak sakit tetapi mungkin terpapar COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran penyakit pada saat orang tersebut baru mulai mengalami gejala.

Isolasi berarti memisahkan orang yang sakit dengan gejala COVID-19 dan mungkin menular guna mencegah penularan.

Menjaga jarak fisik berarti terpisah secara fisik yang mana WHO merekomendasikan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Jarak ini merupakan ukuran umum tentang seberapa jauh semua orang harus saling menjaga jarak walaupun mereka baik-baik saja tanpa diketahui terpapar COVID-19 atau tidak.

Sumber: WHO (World Health Organization) & Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala virus corona yang ringan. Bagaimana cara saya merawatnya di rumah?

Bila ada anggota keluarga yang mengalami demam, rasa lelah atau batuk kering, cari pertolongan pada sarana kesehatan dan ikuti perintah tenaga kesehatan. Bila diminta untuk rawat di rumah dan Anda mampu, tempatkan anggota keluarga itu di ruang terpisah yang memiliki akses ke kamar mandi. Anggota keluarga itu harus memakai masker dan menghindari kontak dengan anggota lainnya dan tidak boleh meninggalkan rumah kecuali untuk berobat. Dalam masa isolasi, lakukan komunikasi via daring (telepon, text, atau video call). Secara teratur bersihkan permukaan benda-benda atau bagian-bagian rumah yang sering disentuh tangan dengan disinfektan termasuk kamar mandi yang digunakan anggota keluarga yang tengah diisolasi setiap selesai digunakan.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah Penggunaan Handsanitizer atau Tisu Basah Efektif dalam Pencegahan COVID-19?

Penggunaan hand sanitizier menjadi salah satu pilihan yang direkomendasikan sejumlah ahli untuk membantu dalam usaha pencegahan terpaparnya virus Corona sebagai pengganti saat sulit menjangkau sabun dan air mengalir. Penggunaan hand sanitizer ini akan efektif jika pengguna menggosokkan setidaknya 30 detik di permukaan tangan dan hand sanitizer tersebut memiliki kandungan 80 persen ethanol atau 75 persen isopropil alkohol sebagaimana yang disetujui oleh WHO.

Sedangkan tisu basah hanya bisa digunakan untuk membersihkan permukaan benda-benda mati yang akan disentuh, bukan tangan. Tisu basah yang digunakan pun harus yang mengandung alkohol.

Sumber: WHO, CNN Indonesia, dan Hasil Penelitian CDC (Centers for Disease Control an Prevention) U.S.

Apakah Penyemprotan Cairan Disinfektan Dapat Melindungi Diri dari COVID-19?

Cairan disinfektan bisa membersihkan virus pada permukaan benda-benda. Bukan pada tubuh atau baju dan disinfektan tidak akan melindungi Anda dari virus jika Anda telah berkontak erat dengan orang yang sakit. Virus berpindah melalui percikan batuk/bersin orang sakit yang kemudian terhirup orang lain atau menempel di permukaan benda yang kemudian disentuh lalu masuk melalui mata, hidung atau mulut.

Cairan disinfektan dapat membersihkan virus yang menempel pada benda seperti meja, gagang pintu, saklar lampu dan lainnya yang kerap disentuh orang. Pemakaian cairan disinfektan secara langsung ke tubuh dapat membahayakan diri Anda.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia.

Apa Saja yang Harus Dilakukan Pada Saat Kita Bekerja atau Terpaksa untuk Ke Tempat Umum Agar Kita Terhindar dari COVID-19?

Ada beberapa hal yang wajib untuk dilakukan, diantaranya sebagai berikut.

Pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja/tempat umum:

    1. Pastikan Anda dalam kondisi sehat, jika ada keluhan batuk, pilek dan demam, tetap tinggal di rumah.
    2. Upayakan mengenakan pakaian lengan panjang.
    3. Gunakan masker.
    4. Upayakan tidak menggunakan transportasi umum.
    5. Apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, upayakan tidak sering menyentuh fasilitas umum dan gunakan hand sanitizer dan tetap menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter.
    6. Upayakan membayar secara non tunai. Jika terpaksa memegang uang, gunakan hand Sanitizer.
    7. Jangan menyentuh wajah atau mengucek mata dengan tangan. Gunakan tisu bersih jika terpaksa.

 

Pada saat di tempat kerja:

    1. Saat tiba, segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
    2. Gunakan siku untuk membuka pintu dan menekan tombol lift.
    3. Tidak berkerumun dan menjaga jarak di lift dengan posisi saling membelakangi.
    4. Untuk sementara tidak menggunakan absensi finger print.
    5. Bersihkan meja/area kerja dengan disinfektan.
    6. Upayakan tidak sering menyentuh fasilitas/peralatan yang dipakai bersama di area kerja. Gunakan hand sanitizer setelahnya bila terpaksa menyentuh.
    7. Tetap menjaga jarak dengan rekan kerja minimal 1 meter.
    8. Usahakan aliran udara dan sinar matahari masuk ke ruangan kerja.
    9. Biasakan tidak berjabat tangan.
    10. Tetap gunakan masker.
    11. Selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.

 

Bagi pekerja yang memberikan pelayanan publik:

  1. Perketat penggunaan masker.
  2. Selalu menjaga jarak aman.
  3. Sesering mungkin mencuci tangan dengan air sabun dan air mengalir atau hand sanitizer (4 jam sekali).

 

Saat tiba di rumah:

  1. Jangan bersentuhan dengan anggota keluarga sebelum membersihkan diri (mandi dan mengganti pakaian kerja).
  2. Cuci pakaian dan masker dengan deterjen. Apabila menggunakan masker sekali pakai, robek terlebih dahulu dan basahi dengan disinfektan agar tidak mencemari petugas pengelola sampah.
  3. Jika dirasa perlu, bersihkan handphone, kaca mata dan tas dengan disinfektan.
  4. Selalu terapkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Indonesia.

Apakah Vaksin COVID-19 Adalah Obat?

Vaksin bukanlah obat. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah Vaksin COVID-19 Melindungi Secara Jangka Panjang?

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui rentang periode jangka panjang dari perlindungan vaksin COVID-19. Maka dari itu, orang yang telah melakukan vaksin tetap wajib untuk mematuhi protokol 3M.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Bagaimana Vaksin COVID-19 Dikembangkan?

Meski pada saat darurat dan dibutuhkan dengan cepat, keamanan dan efektifitas vaksin adalah prioritas utama. Pengembangan vaksin tetap harus melalui tahapan pengembangan yang berlaku internasional yang secara umum terdiri dari:

  • Tahap praklinik
  • Tahap klinis (fase 1-3)
  • Penetapan penggunaan vaksin

Sembari menunggu vaksin COVID-19 siap sedia untuk masyarakat, maka kita harus tetap melawan pandemi ini dengan patuh terhadap protokol kesehatan 3M, yaitu Memakai masker, Menjaga jarak minimal 1 meter, dan Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Seberapa Ampuh Vaksin COVID-19 Melindungi Kita dari Penularan?

Dampak vaksin COVID-19 terhadap pandemi akan bergantung pada beberapa faktor. Ini termasuk faktor-faktor seperti efektifitas vaksin; seberapa cepat mereka disetujui, diproduksi, dan dikirim; dan berapa banyak target jumlah orang yang akan divaksinasi. Pemerintah menargetkan setidaknya 60% penduduk indonesia secara bertahap akan mendapatkan vaksin COVID-19 agar mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah Ada Efek Samping dari Vaksinasi COVID-19 ini?

Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam. Pada umumnya bersifat ringan dan sementara, dan tidak selalu ada serta bergantung pada kondisi tubuh. Efek samping ringan seperti demam dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar tetapi tetap perli dimonitor.

Melalui tahapan pengembangan dan pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Bagaimana Skema Tahapan Pemberian Vaksin COVID-19 di Indonesia?

Vaksinasi COVID-19 akan diperuntukkan bagi garda terdepan terlebih dahulu dengan risiko tinggi, yaitu tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik. Lalu secara bertahap akan diperluas seiring dengan ketersediaan vaksin dan izinnya, yaitu penerima bantuan iuran BPJS dan kelompok masyarakat lainnya.

Terkait mekanisme atau alur pelayanan vaksinasi COVID-19 telah diatur dalam Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor Kemenkes, nomor: HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah vaksin COVID-19 juga akan diberikan pada masyarakat yang berusia lebih dari 60 tahun?

Terdapat kandidat vaksin yang dapat diberikan untuk mereka yang berusia 60 hingga 89 tahun. Namun, tahap awal vaksinasi diberikan pada orang dewasa sehat usia 18-59 tahun yang merupakan kelompok usia terbanyak terpapar COVID-19.

Selain itu, dikarenakan mayoritas kandidat vaksin di dunia saat ini baru diuji cobakan pada orang dewasa usia 18-59 tahun yang sehat, dan akan membutuhkan waktu uji klinis tambahan untuk bisa mengidentifikasi kesesuaian vaksi COVID-19 untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun dan dengan penyakit penyerta.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah vaksin COVID-19 nanti juga tersedia untuk anak-anak?

Saat ini, uji klinis vaksin COVID-19 dibatasi pada umur 18-59 tahun yang merupakan kelompok usia terbanyak terpapar COVID-19. Pengembangan vaksin untuk anak=anak masih direncanakan pada beberapa kandidat vaksin.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Sudah Divaksin Tetapi Bisa Positif COVID-19?

Vaksin COVID-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan, dan butuh waktu satu bulan untuk menciptakan kekebalan yang efektif bagi tubuh. Suntikan pertama ditujukan untuk memicu respons kekebalan awal, sedangkan suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang terbentuk.

Saat seseorang dinyatakan positif setelah vaksinasi, itu artinya saat divaksinasi seseorang tersebut sudah terpapar/terinfeksi COVID-19 dan sedang dalam masa inkubasi. Vaksin COVID-19 Sinovac telah teruji keamanan, mutu, khasiat dan kehalalannya. Vaksin ini dikembangkan menggunakan metode inactivated vaccine yang telah terbukti aman, tidak menyebabkan infeksi serius serta hampir tidak mungkin menyebabkan seseorang terinfeksi.

Ingat, dengan adanya program vaksinasi yang telah berjalan saat ini, tak lantas membuat kita lengah menjalankan protokol kesehatan. Sebaliknya, proses vaksinasi harus paralel dengan pelaksanaan 3M dan 3T.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Apa itu donor plasma convalescent?

Plasma merupakan istilah untuk bagian cair serta berwarna kuning dari darah yang mengandung antibodi. Dalam konteks donor plasma, yang digunakan merupakan convalescent plasma, dengan istilah convalescent sendiri mengacu kepada seseorang yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi. Adapun metode donor plasma convalescent ini menjadi metode pengobatan yang berpotensi efektif terhadap penanganan COVID-19 di beberapa negara. Pada Tanggal 18 Januari 2021, Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin secara resmi mencanangkan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen yang akan digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 bergejala berat dan kritis, sebagai upaya meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian pada pasien COVID-19 di Indonesia.

Sumber: Amari COVID-19 dari kerjasama UNPAD dan ITB serta Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Bagaimana mekanisme donor plasma convalescent ini bekerja?

Terapi plasma convalescent menggunakan plasma dara dari pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh. Pasien yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 telah membentuk antibodi terhadap COVID-19 dan antibodi inilah yang kemudian didonorkan kepada pasien yang tengah menjalani perawatan. Plasma dari pasien yang telah dinyatakan sembuh ini dapat mengeliminasi atau imobilisasi virus sehingga lingkaran infeksi terputus. Bagi sang pasien yang tengah menjalani perawatan, plasma ini diharapkan mampu menghindari tubuh dari serangan virus serta memperbaiki jaringan yang telah rusak.

Sumber: Amari COVID-19 dari kerjasama UNPAD dan ITB

Apa saja kriteria pendonor plasma convalescent yang bisa membantu penyembuhan pasien COVID-19?

Penyintas COVID-19 dapat menjadi pendonor plasma konvalesen untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19 tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut:

  • Telah sembuh dari COVID-19. Sudah pernah dirawat di Rumah Sakit rujukan COVID-19 karena kasus sedang atau berat. Memiliki hasil Swab RT-PCR Positif, dan sudah dinyatakan sembuh (Surat Keterangan Sembuh dari Dokter).
  • Tidak memiliki gejala COVID-19 dalam waktu 14 hari sebelum berdonor.
  • Berusia 18-60 tahun.
  • Berat badan minimal 55 kg.
  • Diutamakan laki-laki atau perempuan yang belum pernah hamil.
  • Tidak memiliki riwayat transfusi darah selama 1 tahun terakhir.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah program imunisasi bayi dan anak harus tetap dilanjutkan sesuai jadwal di masa pandemi COVID-19?

Pada masa pandemi COVID-19 ini, imunisasi bayi pada bayi dan anak tidak boleh terhenti dan terus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan direkomendasikan secara nasional. Salah satunya adalah imunisasi bayi baru lahir (BCG, OPV/Polio tetes, Hepatitis B) yang tidak boleh tertinggal.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah aman memberi ASI pada bayi bila ibu terinfeksi atau ibu sebagai suspek Virus Corona?

Semua ibu yang tinggal di wilayah yang terpengaruh atau memiliki risiko terpapar virus, khususnya yang menunjukkan gejala demam, batuk dan sesak napas harus mencari pengobatan secepat mungkin dan mengikuti perintah tenaga kesehatan. Karena pentingnya pemberian ASI, ibu yang sedang menyusui dapat melanjutkan ASI sambil melakukan tindakan pencegahan. Sebagaimana virus-virus pernapasan lain, virus corona baru tidak menular melalui cairan ASI. Bagi ibu atau siapapun yang mengalami gejala demam, rasa lelah dan batuk kering, yang perlu berinteraksi dengan anak, perhatikan hal-hal berikut.

  • Gunakan masker saat berada dekat anak (termasuk saat memberi ASI)
  • Cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah kontak dengan anak (termasuk memberi ASI)
  • Bersihkan permukaan benda-benda yang tersentuh tangan dengan lap, tisu atau cairan disinfektan
  • Bila ibu terlalu lemah, sebaiknya perah ASI dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok bersih, sambil tetap mengikuti tindakan pencegahan di atas.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah benar paket belanja online dapat menyebarkan virus corona?

Penyebaran Virus Corona lewat paket belanja online sangatlah kecil karena barang sudah berpindah-pindah selama berhari-hari. Selain itu, kecil kemungkinan paket belanja tersebut dihinggapi oleh virus setelah mengalami berbagai kondisi. Risiko orang terkena virus dari paket belanja online pun tergolong kecil.

Meski risiko tertular Virus Corona dari paket belanja online kecil, masyarakat tetap harus waspada dan menjaga kebersihan saat menerima paket. Disarankan segera mencuci tangan selama 20 detik begitu menerima atau membuka paket belanja. Setelah itu, segera buang pembungkus dan cuci tangan lagi.

Sumber : hasil penelitian CDC (Centers for Disease Control an Prevention) U.S. & WHO (World Health Organization)

Apakah ada hubungannya antara COVID-19 dengan perokok?

Tentu saja. Perokok lebih rentan setidaknya dua kali lebih tinggi untuk terjangkit COVID-19 daripada yang bukan perokok. Adapun penyebabnya, diantaranya:

  • Pada perokok, jumlah reseptor AC2 pintu masuk virus COVID-19 lebih banyak daripada non-perokok.
  • Asap rokok dan bahan yang dikandungnya akan turunkan kemampuan fungsi sel-sel imunitas tubuh.
  • Merokok meningkatkan potensi penyakit penyert (komorbid), sehingga kian rentan terinfeksi COVID-19.
  • Kebiasaan pegang rokok berulang, berpotensi mentransmisikan virus karena terhirup dari tangan yang tercemar.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia

Apakah Manusia Dapat Terinfeksi COVID-19 Dari Hewan?

Terkadang, orang terinfeksi virus yang berasal dari hewan yang kemudian menyebar ke orang lain, seperti SARS-CoV dan MERS-CoV. SARS-CoV dikaitkan dengan musang, sedangkan MERS-CoV ditularkan oleh unta. Coronavirus diduga kuat berasal dari kelelawar dan disebarkan oleh beberapa hewan mamalia dan reptil. Oleh karena itu, hindarilah kontak dengan hewan-hewan tersebut.

Jika ingin mengonsumsi daging atau ikan, pastikan daging atau ikan tersebut sudah dicuci dan dimasak hingga benar-benar matang. Hindari mengonsumsi daging atau ikan yang sudah tidak segar atau busuk. Untuk melindungi diri, misalnya saat mengunjungi pasar hewan hidup, hindari kontak langsung dengan hewan hidup dan permukaan yang bersentuhan dengan hewan. Pastikan kebersihan makanan selalu dijaga. Berhati-hatilah ketika memegang daging, susu atau organ hewan mentah untuk menghindari kontaminasi dengan makanan mentah dan hindari konsumsi produk-produk hewan yang mentah atau tidak matang sempurna.

Sumber: WHO (World Health Organization) & Pusat Analisis Determinan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Apakah saya dapat tertular COVID-19 dari hewan peliharaan saya?

Beberapa anjing dan kucing (kucing rumah tangga dan harimau) yang berkontak dengan manusia yang terinfeksi dinyatakan positif COVID-19. Selain itu, musang juga rentan terhadap infeksi. Dalam eksperimen, kucing dan musang dapat menularkan infeksi ke hewan lain dari spesies yang sama, tetapi tidak ada bukti bahwa hewan-hewan ini dapat menularkan penyakit ke manusia dan berperan dalam penyebaran COVID-19. COVID-19 menyebar terutama melalui percikan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersinm atau berbicara.

Orang yang sakit COVID-19 dan orang-orang yang berisiko direkomendasikan untuk membatasi kontak dengan hewan pendamping dan hewan-hewan lain. Saat menangani dan merawat hewan, langkah-langkah kebersihan dasar harus dilaksanakan termasuk mencuci tangan setelah memegang hewan, makanan, atau persediaan mereka, serta menghindari mencium, menjilat atau berbagi makanan.

Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Indonesia & WHO (World Health Organization)